“Aaaa!” Pekik seorang gadis.
“Kenapa Ke?” tanya Verda.
“Kena jarum,” jawab Kenanga, gadis yang memekik tadi.
Verda
memandang sahabatnya aneh. Belakangan ini Kenanga memang sering mengalami
kejadian aneh. Misalnya minggu lalu, Kenanga lupa meletakkan piring kosong
dalam kulkas, padahal seharusnya dalam rak piring. Dia juga tidak bisa
menghitung luas lingkaran, padahal hal tersebut mudah banget. Bahka terakhir
dia susah menyelesaikan cerpen yang bisanya bisa selesai dalam waktu kurang
dari satu hari.
“Lupa
kalo jarum tajem?” kata Verda.
“Hahaha...” Kenanga tertawa dan Verda menyusul.
“Da,
kenapa aku....” Kenanga terdiam.
“Kenapa?” Verda penasaran.
“Nggak
jadi, lupa. Hehe,” lanjut Kenanga.
“Jaitan kamu bagus banget, Da. Iih, lucu deh pake bunga-bunga,”
“Ke,
bukannya itu yang bikin kamu ya? Barusan kamu kena jarum kan waktu ngejahit
itu,” kata Verda.
“Hem?”
Kenanga belum mengerti. Dia tidak ingat kalau tas itu bikinannya. Verda dan
Kenanga memang mendirikan toko tas flanel onlen. Mereka sendiri yang membuat
tas-tas cantik itu.
“Kenanga, mending kamu istirahat deh. Bulan-bulan belakangan ini kamu sering
gak konsen. Yaah, kalo boleh bilang sih sejak kejadian itu,” yang Verda maksud
dengan ‘kejadian itu’ adalah perceraian kedua orang tua Kenanga. Orang tuanya
bertengkar hebat, lalu bercerai, da ibunya menikah lagi dengan teman ayahnya.
Dalam beberapa minggu Kenanga merasa terpuruk dan kehilanga semangat hidupnya.
Namun, pukulan tajam itu membuat dia merasa ingin melupakan segalanya. Tentang
semua keperiha yang ditorehkan ibunya sendiri. Dan memulai hidup baru bersama
keluarga kecil, dia; kakanya ;dan ayahnya. Hidupnya diisi dengan berbagai
kegiatan yang menyibukan da membuat dia lupa dengan apa yang dialaminya saat
itu.
“Oiya,
aaku tadi udah bilang belum kalo aku susah tidur?”
Verda
menggeleng. Dia merasa ada yang aneh dengan sahabatnya dari kecil itu.
“Kenanga, mending kamu cake up deh,”
“Ih,
kenapa cake up segala? Aku nggak kenapa-kenapa kok,” kata kenanga dengan penuh
senyuman tulus yang membuat dunia orang yang menatapnya semakin indah.
“Kenanga,” panggil seseorang dari luar pagar rumah Verda.
“Eh,
Da itu pasti Iqbal. Aku pulang dulu ya,” Kenanga berpamitan pada Verda,
mencangklong tas, dan memakai sepatunya.
“Ke!”
trian Iqbal dari atas motor.
“Hai,”
Iqbal
adalah pacar Kenanga sejak satu tahun yang lalu. Iqbal sendiri sudah menyadari
kalau pacarnya itu sering lupa pada sesuatu. Tetapi belakangan ini Kenangan
sering lupa memanggil Iqbal dengan nama Dendi. Entah siapa dia. Tapi Iqbal
memaklumi saja.
“Eh,
tas ketinggalan. Duuuh, kebiasaan lupa deh,” kata Kenanga pada Iqbal dan ia
cepat-cepat masuk lagi.
“Ke!!”
triak Iqbal sebelum Kenanga masuk. “Itu yang di pundak kamu apa?”
Ternyata Kenanga sudah menyangklong tas tersebut. “Yang ketinggalan itu helmnya,
Sayang,”
“Hahaha... oo iya,” Kenanga melesat masuk ke dalam. Mengambil helm dan langsung
nengkrong di motor Iqbal. Mereka berduapun melesat ke rumah Kenanga.
“Sayang, kamu gak pernah cek kesehatan ya?” tanya Iqbal tiba-tiba saat mereka
duduk berdua di teras rumah Kenanga.
“Nggak
lah, Yang. Kenapa? Kamu jadi kayak Verda aja,”
“Kamu makin kurus loh,”
“Oya? Syukur deh, heheee”
Iqbal tersenyum dan memandang aneh kepada pacarnya
itu.
Kenanga memang gadis pelupa terutama pada kejadian
yang baru dia alami. Tapi belakangan kenapa lupanya itu semakin parah dan tidak
terkontrol. Sampai teman-teman dekatnya sendiri heran pada dirinya.
“Cake up yuk,” ajak Iqbal manis kepada Kenanga.
“Hem? Oke deh kalo kamu bilang gitu, tapi anterin
ya,”
“Keeee!!!! Dimana sih kamu narok modem???” teriak
seseorang pada Kenanga.
“Haaa??? Entar aku lupa narok mana, Mbak. Dimana ya?”
jawab Kenanga polos.
“Kebiasaan banget kamu ini, apasih yang nggak kamu
lupa? Ntung nyawa kamu masih ada,”
“Ya mbak namanya juga orang lupa. Sumpah nggak
inget,”
“Dasar pikun!” Mawar marah-marah jengkel pada
kebiasaan lupa adiknya itu.
“Sabar,” kata Iqbal dengan manis dan Iqbalh banget.
Penuh senyum dan menenangkan.
“Udah biasa kok,” jawab Kenanga dengan penuh senyum
pula.
Iqbalpun berpamitan untuk pulang karena sudah malam.
Setelah itu Kenanga bersiap mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.
“Eeehm, mbak tujuh dikali delapan itu berapa
ya?" tiba-tiba Kenanga bertanya hal sesepele itu.
"Ya lima-enam lah. bego banget sih,"
Benar, belakangan Kenanga memang mengalami kesulitan menghitung. Kenanga yang biasanya mahir matematika sekarang jatuh nilainya. entah, mungkin karena banyak pikiran yang gak jelas.
"Jadi, sedikit demi sedikit saya akan melupakan orang-orang dekat saya? semacam pikun?"
"Iya, tapi tidak hanya itu. pada tingkat kronis anda akan kehilangan kosa kata paling sederhana yang membuat anda susah berbicara dan mengalami dialeksia akud,"
"Dialeksia? apa itu, dok?"
"Dialeksia adalah ketidak mampuan membaca dan mengucap sesuatu yang sederhana dengan benar. eeehm, boleh saya pinjam buku tulis anda?" Kenanga mengangguk dan mengeluarkan buku catatan Kimia. "Dalam satu lembar catatn saja terdapat hampir sepuluh kesalahan penulisan kata,"
"Jadi, apa penyakit saya berbahaya dan mematikan dok?"
"Bisa dibilang seperti itu. pengerutan otak akan berimbas pada kelainan fungsi kerja organ lain. pederita Alzheimer bisa juga mengalami Ataksia. tetapi kemungkinan itu kecil,"
"Lalu obatnya?"
"Sampai sekarang saya masih mengadakan riset tentang Alzheimer. belum ada obat penyembuh, hanya baru ada obat untuk memperlambat proses pengerutan otak,"
"Intinya, kelak saya akan menjadi mayat hidup?"
"Tidak seperti itu juga. mungkin keinginan anda untuk menghapus masa lalu yang kelam membuat anda menghapus semua memori yang indah dalam hidup anda. mungkin, jika anda mencoba untuk mengabaikannya begitu saja, hidup anda akan lebih indah."
0 komentar:
Posting Komentar