Writen by Yurike Kusuma
“Asal
Mula Pangongangan”
Pada suatu pagi, Prabu Sukriuk
dan Permaisuri sedang kebingungan. Kerajaan kecil tersebut mengalami
kebangkrutan yang lumayan parah. Bahkan, hanya tersisa tujuh batok beras
dulumbung mereka. Sedangkan mereka mempuanyai lima putri. Kalaupun beras itu
dimasak, mereka hanya akan mendapat sarapan dan tidak makan siang, malam, dan
seterusnya.
Akhirnya
Prabu Sukriuk pun menemuka cara yang dirasa tepat. “Bu, bagaimana kalau tiga
batok beras ini kita buat Moron saja lalu kita jual ke pasar untuk membeli
makan?” ujarnya.
“Ide
yang sangat bagus, Pak. Mari kita buat moron, lalu kita jual ke pasar dan nanti
kita membeli bahan lagi untuk dijual lagi. Ibu setuju Pak,” kata Permaisuri
dengan sangat antusias.
Mereka berduapun bekerja sama
membuat moron di dapur selagi ketujuh putri mereka masih tertidur. Lalu putri
Emas, putri bungsu terbangun karena mencium harumnya bau moron yang dibuat
ibunya.
“Ibu,
apakah aku boleh minta satu?” tanyanya pada Permaisuri.
“Boleh,
ambilah satu. Tapi jangan beritahu saudaramu,”
Putri
Emas kembali ke kamar dan membangunkan Putri Intan, “Mbok Ayu, Mbok Ayu, ibu
membuat moron enak sekali aku diberi satu,”
Putri Intan-pun
terbangun dan pergi ke dapur untuk meminta moron. Lalu setelah mendapatkan kue
moron yang sangat lezat dan istimewa itu, putri Intan kembali ke kamar
membangunkan Putri Berlian. Dan begitulah seterusnya. Putri Berlian
membangunkan Putri Safir dan Putri safir membangunkan putri Permata.
Ternyata, moron
yang dibuat tadi justru habis sendiri oleh putri-putrinya yang mengingkari
janji. Kemudian Permaisuri menangis karena tidak tahu harus menjual apa dan
harus makan dengan apa. Karena mereka sama sekali tidak mempunyai simpanan apapun
lagi kecuali Kerajaan tersebut dan nyawa mereka sendiri.
Kemudian
Prabu Sukriuk memutuskan untuk mengungsi ke Kerajaan lain sementara waktu.
Merekapun berangkat dengan berjalan kaki bersama-sama menuju ke Kerajaan yang
terdekat.
Setelah
hampir seharian mereka berjalan, akhirnya mereka menemukan sebuah rumah
panggung yang besar dan megah. “Itu Romo, ada istana besar yang mewah dan
sepi,” ujar Putri Intan.
“Benar,
mari kita masuk siapa tau pemiliknya sudah tidak ada,” Kata Prabu Sukriuk pada keluarganya.
Di
dalam istana panggung itupun masih tetap sepi namun rapi dan bersih. Barang-barang
mewah ada dimaa-mana, uang pun tercecer seperti tiddak terpakai, lumbung
berasnya penuh, lemari-lemari di dapur terisi penuh dengan sayur dan buah,
kandang-kandang ternakpun penuh dengan hewan ternak.
Namun, setelah
mereka masuk lebih dalam ada seorang raksasa yang sedang tidur. Ternyata
raksasa tersebut adalah raksasa yang merusak kebun kerajaan, menculik ternak
kerajaan, dan mencuri du rumah-rumah warga kerajaan. Merekapun merasa sangat
jengkel pada sang raksasa. Lalu putri Emas berdoa meminta alat musik yang dapat
menghipnotis sang raksasa agar tertidur selama lima hari lima malam.
Melihat
sang raksasa hampir terbangun, Putri Permata langsung memetik Harpa
kesayangannya, disusul Putri Safir yang memainkan Saronnya, lalu Putri Berlian
memainkan Seruling, Putri Intan memainkan Gambangnya, dan yang terakhir, Putri
Emas menembangkan sebuah lagu.
“Duh batharaning saresmi, sang
jiwaning raras driyo. Sambate nandang wirangrong....” sang Raksasa itupun
kembali tertidur pulas. Saat raksasa itu tertidur pulas, kelima putri
menghabiskan persediaan makanan raksasa, memakan ternaknya, dan mengambil emas
dan uang. Lalu sisa-sisa makanaya mereka taruh dekat pantat sang raksasa.
Setelah lima hari lima malam,
raksasa bodoh itupun bangun. Ia terkejut mendapati bulu-bulu ayam, bebek, dan
kulit buah dan sayur di dekat pantatnya. Raksasa lapar itupun marah dan
menepuk-nepuk pantatnya itu. “Kurang ajar! Kutinggal tidur lima hari lima
malam, pantat ini menghabiskan seluruh persediaan makananku!” Raksasa kemudian
membuat api dan membakar pantatnya sendiri! Ia pun menjerit-jerit kesakitan dan
akhirnya mati. Karena goncangan si raksasa bodoh tadi, istana panggung itupun
runtuh. Untung saja kelima putri, prabu Sukriuk, dan permaisuri sudah berhasil
menyelamatkan diri.
Merekapun memutuskan untuk
memindahkan seluruh penduduk kerajaan Angan ke bekas istana panggung yang lebih
luas dan subur itu. Lalu kerajaan baru tersebut diberinama Panggungangan. Yang
sekarang lebih dikenal dengan nama Pangongangan.
0 komentar:
Posting Komentar